MOEHAMMAD IRFAN MAULANA

Sabtu, 23 Agustus 2014

Razim POL POT

Saloth Sar (lahir 19 Mei 1928 – meninggal 15 April 1998 pada umur 69 tahun), lebih dikenal sebagai Pol Pot, adalah pemimpinKhmer Merah dan Perdana Menteri Kamboja dari 1976 hingga 1979. Pemerintahannya banyak disalahkan untuk kematian sekitar dua juta warga Kamboja, meski perkiraan jumlahnya beragam.

Alur waktu awal kehidupan dan revolusi[sunting | sunting sumber]

  • 1928 - Lahir di Prek Sbauv di Indochina Perancis (wilayah di provinsi Kompong ThongKamboja pada masa kini).
  • 1949 - Memenangkan beasiswa untuk mempelajari teknik radio di Paris. Dalam masa tersebut, dia menjadi seorang komunisdan bergabung dengan Partai Komunis Perancis.
  • 1953 - Kembali ke Kamboja, di mana pemberontakan komunis melawan Perancis sedang berlangsung.
  • 1954 - Perancis meninggalkan Indochina. Raja Norodom Sihanouk mengadakan pemilu dan membentuk partai Demoktratik Kamboja. Melalui intimidasi dan menggunakan popularitasnya, dia berhasil mengusir orang-orang komunis dan memperoleh seluruh kursi pemerintahan. Pol Pot lari ke persembunyian dan melatih anggota yang direkrutnya.
  • Akhir 1960-an - Memulai pemberontakan bersenjata terhadap pemerintah dengan dukungan Tiongkok.
  • 1970 - Sihanouk beralih ke pihak Pol Pot karena dijatuhkan Jendral Lon Nol yang didukung Amerika Serikat.
  • 1973 - Pihak Vietkong meninggalkan Kamboja.
  • 1975 - Partai Komunis Kamboja mengambil alih kekuasaan. Lon Nol melarikan diri ke AS.
  • 1975 - 1979 - Pol pot berkuasa, dengan sistem Komunisme.

Kamboja Demokratis[sunting | sunting sumber]

Pada awal 1976 pihak Khmer Merah menahan Sihanouk dalam tahanan rumah. Pemerintah yang ada saat itu segera diganti dan Pangeran Sihanouk dilepas dari jabatannya sebagai kepala negara. Kamboja menjadi sebuah republik komunis dengan nama "Kamboja Demokratis" (Democratic Kampuchea) dan Khieu Samphan menjadi presiden pertama.
Pada 13 Mei 1976 Pol Pot dilantik sebagai Perdana Menteri Kamboja dan mulai menerapkan perubahan sosialis terhadap negara tersebut. Pengeboman yang dilakukan pihak AS telah mengakibatkan wilayah pedesaan ditinggalkan dan kota-kota sesak diisi rakyat (Populasi Phnom Penh bertambah sekitar 1 juta jiwa dibandingkan dengan sebelum 1976).
Saat Khmer Merah mendapatkan kekuasaan, mereka mengevakuasi rakyat dari perkotaan ke pedesaan di mana mereka dipaksa hidup dalam ladang-ladang yang ditinggali bersama. Rezim Pol Pot sangat kritis terhadap oposisi maupun kritik politik; ribuan politikus dan pejabat dibunuh, dan Phnom Penh pun ikut berubah menjadi kota hantu yang penduduknya banyak yang meninggal akibat kelaparan, penyakit atau eksekusi. Ranjau-ranjau darat (oleh Pol Pot mereka disebut sebagai "tentara yang sempurna") disebarkan secara luas ke seluruh wilayah pedesaan.
Pada akhir 1978, Vietnam menginvasi Kamboja. Pasukan Kamboja dikalahkan dengan mudah, dan Pol Pot lari ke perbatasan Thailand. Pada Januari 1979, Vietnam membentuk pemerintah boneka di bawah Heng Samrin, yang terdiri dari anggota Khmer Merah yang sebelumnya melarikan diri ke Vietnam untuk menghindari penmbasmian yang terjadi sebelumnya pada 1954. Banyak anggota Khmer Merah di Kamboja sebelah timur yang pindah ke pihak Vietnam karena takut dituduh berkolaborasi. Pol Pot berhasil mempertahankan jumlah pengikut yang cukup untuk tetap bertempur di wilayah-wilayah yang kecil di sebelah barat Kamboja. Pada saat itu, Tiongkok, yang sebelumnya mendukung Pol Pot, menyerang, dan menyebabkan Perang Tiongkok-Vietnam yang tidak berlangsung lama.
Pol Pot, musuh Uni Soviet, juga memperoleh dukungan dari Thailand dan AS. AS dan Tiongkok memveto alokasi perwakilan Kamboja di Sidang Umum PBB yang berasal dari pemerintahan Heng Samrin. AS secara langsung dan tidak langsung mendukung Pol Pot dengan menyalurkan bantuan dana yang dikumpulkan untuk Khmer Merah.
Jumlah korban jiwa dari perang saudara, konsolidasi kekuasaan Pol Pot dan invasi Vietnam masih dipertentangkan. Sumber-sumber yang dapat dipercaya dari pihak Barat[1] menyebut angka 1,6 juta jiwa, sedangkan sebuah sumber yang spesifik, seperti jumlah tiga juta korban jiwa antara 1975 dan 1979, diberikan oleh rezim Phnom Penh yang didukung Vietnam, PRK. Bapa Ponchaud memberikan perkiraan sebesar 2,3 juta—meski jumlah ini termasuk ratusan ribu korban sebelum pengambil alihan yang dilakukan Partai Komunis. Amnesty International menyebut 1,4 juta; sedngkan Departemen Negara AS, 1,2 juta. Khieu Samphan dan Pol Pot sendiri, masing-masing menyebut 1 juta dan 800.000.

0 komentar:

Posting Komentar