Kabupaten Pulau Morotai
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Lambang Kabupaten Pulau Morotai Semboyan: Podiki De Porigaho | |
Peta lokasi Kabupaten Pulau Morotai Koordinat: | |
Provinsi | Maluku Utara |
Dasar hukum | UU RI Tahun 2008 Nomor 53 |
Tanggal | 26 November 2008 |
Ibu kota | Daruba |
Pemerintahan | |
- Bupati | Drs. H. Rusli Sibua, MM |
- Wakil Bupati | Weny Bolido, S.Ag |
- APBD | - |
- DAU | Rp. 312.486.619.000.-(2013)[1] |
Luas | 2.476 km2 |
Populasi | |
- Total | 119.063 jiwa (2009) |
- Kepadatan | 48,09 jiwa/km2 |
Demografi | |
- Kode area telepon | - |
Pembagian administratif | |
- Kecamatan | 5 |
- Kelurahan | - |
- Situs web | Situs Pemkab Daerah |
Pulau Morotai (695 mil persegi/1.800 km²) adalah nama sebuah pulau sekaligus kabupaten definitif baru yang terletak di kepulauan Halmahera, Kepulauan Maluku, Indonesia. Sebagai bagian dari Provinsi Maluku Utara, ia merupakan salah satu pulau paling utara di Indonesia.
Kabupaten Pulau Morotai diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri Indonesia, Mardiyanto, pada 29 Oktober 2008, sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Halmahera Utara.
Daftar isi
[sembunyikan]Daftar Kecamatan[sunting | sunting sumber]
Batas Wilayah[sunting | sunting sumber]
Utara | Laut Halmahera |
Selatan | Selat Morotai |
Barat | Laut Halmahera |
Timur | Laut Halmahera |
Sejarah[sunting | sunting sumber]
Selama abad ke-15 dan 16, Morotai berada di bawah pengaruh Kesultanan Ternate yang berkuasa. Merupakan inti sebuah kawasan besar bernama Moro yang termasuk pulau dan pesisir Halmahera yang dekat dengan Morotai ke selatan.
Pada pertengahan abad ke-16, pulau ini menjadi tempat misi Yesuit Portugis. Kesultanan Muslim Ternate dan Halmahera merasa tersinggung akan pelopor aktivitas penyebaran agama itu dan berusaha mencegah misi itu dari pulau ini pada 1571, sebagai akibatnya Portugis hengkang dari kawasan itu. Pada abad ke-17, Ternate menggunakan kekuasaannya atas Morotai dengan memerintahkan berulang-ulang pada penduduknya agar pindah dari pulau itu. Pada awal abad itu para penduduknya pindah ke Dodinga, sebuah kota kecil di titik strategis pesisir barat Halmahera. Lalu pada 1627 dan 1628, Sultan Hamzah dari Ternate memerintahkan pindahnya penduduk Kristen ke Malayu, Ternate, agar lebih mudah dikendalikan.
Pulau ini menjadi lapangan terbang bagi Jepang selama PD II. Pulau ini diambil alih oleh angkatan Amerika Serikat pada September 1944 dan digunakan sebagai landasan serangan Sekutu ke Filipina pada awal 1945 serta ke Borneo timur pada Mei dan Juni tahun itu. Merupakan basis untuk serangan ke Jawa pada Oktober 1945 yang ditunda setelah penyerahan diri Jepang pada bulan Agustus.
Ekonomi[sunting | sunting sumber]
Pulau ini sebagian besar berupa hutan dan memproduksi kayu serta damar. pulau ini sangat strategis sebagai jalur perdangangan di timur indonesia,memiiki kekayaan alam seperti Emas,biji besi dll.juga potensi wisata bahari yang mempesona.
0 komentar:
Posting Komentar