MOEHAMMAD IRFAN MAULANA

Jumat, 12 September 2014

PERANG PADRI

Perang Padri

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Perang Padri
Perang Padri
Perang Padri
Tanggal18031838
LokasiSumatera BaratSumatera Utara danRiau
HasilKemenangan Belanda.
Casus belliPertikaian Kaum Padri melawan Kaum Adat, kemudian melibatkan Belanda.
Pihak yang terlibat
Perang 18031821:
Flag of Minang.svg Kaum Adat
Perang 18211833:
Flag of Minang.svg Kaum Adat
 Belanda
Perang 18331838:
 Belanda

Flag of Afghanistan (1880–1901).svg Kaum Padri

Flag of Afghanistan (1880–1901).svg Kaum Padri


Flag of Afghanistan (1880–1901).svg Kaum Padri
Flag of Minang.svg Kaum Adat
Komandan
Flag of Minang.svg Rajo Alam*
Flag of the Netherlands.svg Mayor Jendral Cochius
Flag of the Netherlands.svg Kolonel Stuers
Flag of the Netherlands.svg Letnan Kolonel Raaff*
Flag of the Netherlands.svg Letnan Kolonel Elout
Flag of the Netherlands.svg Letnan Kolonel Krieger
Flag of the Netherlands.svg Letnan Kolonel Bauer*
Flag of the Netherlands.svg Letnan Kolonel Michiels
Flag of the Netherlands.svg Mayor Laemlin*
Flag of the Netherlands.svg Mayor Prager
Flag of the Netherlands.svg Mayor du Bus*
Flag of the Netherlands.svg Kapten Poland
Flag of the Netherlands.svg Kapten Lange
Flag of Afghanistan (1880–1901).svg Tuanku Nan Renceh*
Flag of Afghanistan (1880–1901).svg Tuanku Pasaman*
Flag of Afghanistan (1880–1901).svg Tuanku Imam Bonjol
Flag of Afghanistan (1880–1901).svg Tuanku Rao*
Flag of Afghanistan (1880–1901).svg Tuanku Tambusai
* Meninggal dunia dalam rentang waktu peperangan
Perang Padri adalah peperangan yang berlangsung di Sumatera Barat dan sekitarnya terutama di kawasan Kerajaan Pagaruyung dari tahun 1803 hingga 1838.[1] Perang ini merupakan peperangan yang pada awalnya akibat pertentangan dalam masalah agama sebelum berubah menjadi peperangan melawan penjajahan.
Perang Padri dimulai dengan munculnya pertentangan sekelompok ulama yang dijuluki sebagai Kaum Padri terhadap kebiasaan-kebiasaan yang marak dilakukan oleh kalangan masyarakat yang disebut Kaum Adat di kawasan Kerajaan Pagaruyung dan sekitarnya. Kebiasaan yang dimaksud seperti perjudianpenyabungan ayampenggunaan madatminuman kerastembakausirih, dan juga aspek hukum adat matriarkat mengenai warisan, serta longgarnya pelaksanaan kewajiban ritual formal agama Islam.[2] Tidak adanya kesepakatan dari Kaum Adat yang padahal telah memeluk Islam untuk meninggalkan kebiasaan tersebut memicu kemarahan Kaum Padri, sehingga pecahlah peperangan pada tahun 1803.
Hingga tahun 1833, perang ini dapat dikatakan sebagai perang saudara yang melibatkan sesama Minang dan Mandailing. Dalam peperangan ini, Kaum Padri dipimpin oleh Harimau Nan Salapan sedangkan Kaum Adat dipimpinan oleh Yang Dipertuan Pagaruyung waktu itu Sultan Arifin Muningsyah. Kaum Adat yang mulai terdesak, meminta bantuan kepadaBelanda pada tahun 1821. Namun keterlibatan Belanda ini justru memperumit keadaan, sehingga sejak tahun 1833 Kaum Adat berbalik melawan Belanda dan bergabung bersama Kaum Padri, walaupun pada akhirnya peperangan ini dapat dimenangkan Belanda.
Perang Padri termasuk peperangan dengan rentang waktu yang cukup panjang, menguras harta dan mengorbankan jiwa raga. Perang ini selain meruntuhkan kekuasaan Kerajaan Pagaruyung, juga berdampak merosotnya perekonomian masyarakat sekitarnya dan memunculkan perpindahan masyarakat dari kawasan konflik.

0 komentar:

Posting Komentar